Jumat, 12 Juni 2009

Penobatan Pejabat Berakhlak Paling Bejat (Cerpen)

Kantor kecil dan sederhana –bahkan jauh dari artistik- itu terasa sumpek. Seluruh panitia acara ”Penobatan Pejabat Berakhlak Paling Bejat” tumpah ruah, sibuk, panik, dan berisik, karena acara besar berskala nasional ini harus terlaksana seminggu lagi. Keputusan itu baru dipastikan sehari sebelumnya, tidak bisa ditunda sebab yang menetapkan waktu adalah pejabat penting yang akan dinobatkan sebagai pejabat berakhlak paling bejat.

Bahwa pejabat tersebut setuju dengan dirinya dipilih mendapat gelar kehormatan itu, sudah sangat membuat panitia menggelembung kegembiraannya, maka waktu seminggu untuk mempersiapkan sebuah acara yang diperkirakan akan fenomenal ini, tak menjadi beban. Justru semangat membuncah, antusiasme menghentak dan kegembiraan menjadi musik syahdu yang mengiringi kerja keras para panitia.

Para panitia itu berasal dari sebuah organisasi yang menamakan diri Masyarakat Marginal Anti Kemunafikan (MMAK). Anggota Organisasi ini terdiri dari para pemuda berbagai kalangan dengan berbagai aktivitas dan pekerjaan, antara lain : preman, pengamen, supir truk, supir angkot, joki 3 in 1, pembantu,pemulung, tukang pijit,dan lain-lain. Pengurusnya selain dari anggota, ada yang berasal dari kalangan akademisi dan pengusaha. Pemimpinnya seorang mantan preman yang telah memutuskan untuk mengabdikan hidupnya pada organisasi yang didirikannya ini.

Dideklarasikan lima tahun lalu, organisasi yang slogannya ”biar gembel tapi nggak munafik ini menyatakan diri sebagai organisasi yang tidak berpura-pura berjiwa sosial dan berbuat baik, tidak berpura-pura menjadi organisasi yang betujuan mulia, tetapi organisasi yang menjalankan kegiatan bersama, memikirkan kepentingan bersama, dan berjalan apa adanya tanpa aturan-aturan tertentu yang rumit dan canggih. Satu-satunya aturan ketat yang mendasari semua gerakan dan aktivitas organisasi ini adalah tidak boleh munafik. Munafik yang dimaksudkan adalah, pura-pura menjadi orang baik, pura-pura mengabdi untuk kemanusiaan, pura-pura berjuang untuk rakyat, pura-pura menyelamatkan bangsa, dan semacam itu, tetapi pada kenyataannya adalah mencuri, merampok, menindas, korupsi, menghancurkan bangsa dan negara. Semua anggota harus menyatakan statusnya dengan jujur apakah pengamen, preman, penjudi atau ustad (asal bukan pura-pura penjudi atau pura-pura ustad), semua tak ada yang ditolak, tentu saja kecuali para politisi atau anggota dewan yang memang jagoan berpura-pura.

Dalam lima tahun organisasi ini menjadi sangat populer dan disegani. Sebuah sekolah rakyat didirikan untuk memberi pendidikan gratis kepada anak-anak para anggota –yang tentu saja 99%nya tidak mampu menyekolahkan anaknya di sekolah biasa. Bangunan fisik sekolah sangat tidak jelas sebab bertebaran di seputar area masjid, pasar dan terminal, nyungsep di tempat-tempat kosong dimana saja yang bisa dimanfaatkan. Guru-guru yang adalah volunteer, datang dari berbagai universitas. Sebuah ruang kecil berdinding bata dan beralas tanah juga dijadikan sebuah tempat pengobatan bagi warga. Dokter-dokter relawan sering didatangkan untuk melakukan pengobatan darurat di klinik ini.

Anggota organisasi ini pun terus membengkak, hampir seluruh warga secara otomatis bergabung, termasuk keluarganya. Mereka adalah satpam, tukang cuci, pembantu, tukang jamu, kondektur, preman, para gelandangan dan anak jalanan, tukang sampah, dan sebagainya. Bahkan para penganggur yang sebelumnya hanya berjudi, mabuk-mabukan, kini ditampung dan diberdayakan oleh organisasi ini. Sang Ketua yang juga pendiri,biasa dipanggil GemBos alias Gembong Bos (Gem berasal dari ”gembel” bisa juga ”gembong”, karena sebelumnya dia gembongnya preman). GemBos disegani tak hanya para anggota tetapi juga pejabat setempat.


Rumah sakit dan Departemen Sosial, menjadi langganan menerima sumpah serapahnya. Rumah sakit, karena sering mempersulit warga miskin untuk berobat, Depsos karena sering menculik anak-anak jalanan bermasalah. Datang ke Depsos menjemput anak-anak gelandangan yang kena garuk petugas, sudah menjadi agenda rutin bagi GemBos. GemBos mulai membangun jaringan dengan supermarket-supermarket setempat, bank-bank, Kantor Pos, dan berbagai perusahaan di wilayahnya untuk bekerjasama yang hasilnya bisa menghidupi organisasi, termasuk untuk kebutuhan sekolah dan balai pengobatan, kegiatan-kegiatan lain seperti sunatan massal dan kawin massal.

MMAK semakin populer, dan menjadi sebuah sumber berita yang memiliki nilai berita tinggi. Media berlomba menggali dan mendapatkan informasi pertama dari MMAK dan tentu saja sang GemBos. MMAK menghiasi halaman utama media-media besar dan topik talkshow di berbagai media elektronik, ketika mengangkat Ketua Dewan Kehormatan (DK) yang baru. Ketua Dewan Kehormatan itu adalah Satria Dewantara Putera, seorang anak mantan Presiden yang sangat kontroversial, dibenci sebagian besar rakyat tetapi juga dicintai sebagian besar rakyat yang lain.

Dewa, nama panggilan si putera mahkota tersebut tak kalah kontroversial dari Bapaknya yang berkuasa selama empatpuluh tahun di negeri yang indah ini. Memiliki group perusahaan yang membawahi hampir seratus anak perusahaan dalam berbagai bidang usaha, berganti-ganti isteri dan simpanan, kegiatan santai yang disukainya –selain menggaet cewek-cewek top dari kalangan selebrities- adalah balap mobil dan menembak. Reputasinya yang paling top adalah mendekam di balik jeruji besi Nusa Kambangan. Lulus dari Nusa Kambangan popularitas Dewa tak surut, malah kembali moncer ketika bersedia dinobatkan menjadi ketua Dewan Kehormatan MMAK.

Semua media mengulas keputusan ini, para poltikus, pengamat politik, aktivis, selebritis, ibu-ibu rumah tangga, sampai pemulung angkat bicara menyampaikan pendapatnya, ada apa di balik keputusannya menjadi ketua Dewan Kehormatan sebuah organisasi yang bisa dibilang masih gurem dan tak melibatkan tokoh manapun sebelumnya. Berbegai spekulasi muncul, barangkali ia mulai menghimpun kekuatan untuk maju di pemilu mendatang.

GemBos pun tak kurang sering nongol di media, tentang apa rencananya dengan mengangkat tokoh muda ganteng tersebut. Jawaban keduanya sama, tak ada rencana apa pun. GemBos mengatakan bahwa Dewa memiliki kriteria untuk menjadi DK MMAK, tak pernah bicara muluk-muluk soal bangsa dan negara, tak pernah pura-pura memiliki kepedulian sosial, tak pernah menyatakan diri sebagai pejuang yang mengabdikan hidupnya untuk rakyat.

Bahkan kalau disurvei, demikian GemBos menyatakan di depan publik, apa yang diketahui publik tentang tokoh ini, jawabannya pasti seputar koruptor, memanfaatkan kekuasaan bapaknya, play boy, foya-foya, manusia tak memikirkan nasib banyak, dan seputar itu, tentu saja juga akan muncul pendapat seperti: kaya, tampan dan berpengaruh. ”Tapi, kenapa harus Dewa? Apa mau memanfaatkan kekayaannya?”, serbu para nyamuk pers kepada GemBos. GemBos tetap dengan jawaban yang sama. ” Dewa memenuhi kriteria untuk menjadi Ketua DK MMAK, bukan soal kekayaan atau kekuasaan. Selama ini tanpa kekayaan dan kekuasaan MMAK tetap jalan.”

Publik yang tak terbiasa dengan ungkapan blak-blakan, apa adanya dan tidak muluk-muluk, tentu saja tak puas dengan jawaban GemBos. Publik terbiasa dengan buaian kata-kata indah tentang kepedulian terhadap nasib wong cilik, masa depan gemilang bangsa dan negara, pejuang yang mengabdi untuk kepentingan orang banyak,membangun akhlak mulia, menjadi kecewa dengan jawaban Bos Gem. media melakukan investigasi ke wilayah organisasi dan berbagai pihak yang menjadi anggota maupun pemerhati MMAK. Tapi, kembali mereka kecewa, tak menemukan sesuatu yang disembunyikan. Apa adanya, tapi justru tak dipercaya.

Belum habis keterkejutan publik dengan masuknya Dewa sebagai Ketua DK MMAK, publik digegerkan dengan rencana penobatan tokoh paling berakhlak bejat dan tokoh mulia anti munafik. Dari dua gelar yang akan diberikan sudah menimbulkan keributan. Apa maksudnya paling berakhlak bejat? Kenapa berakhlak bejat harus dinobatkan? ”Begini ya teman-teman, di negeri ini banyak sekali manusia berakhlak bejat. Mungkin termasuk kami MMAK, tapi kami nggak mengaku mulia atau nggak mengaku suci.


Banyak pejabat yang tak kalah bejat dari kami, yang ngakunya pejuang mengabdi untuk rakyat tapi merampok dan menyesengsarakan rakyat. Ini perlu dinobatkan sebagai pengumuman kepada rakyat, ini lho tokoh paling bejat, sehingga menimbulkan efek jera. Karena sesudah kami nobatkan, kami serahkan kepada masyarakat untuk memberi hadiah apa kepada tokoh ini,” ujar GemBos di depan kerubungan wartawan, sehari menjelang acara penobatan. ”Sedangkan tokoh anti munafik kami nobatkan juga dengan tujuan untuk mengajak bangsa ini tidak munafik, tidak perlu berpura-pura baik tetapi ternyata bejat,”, lanjutnya.

Diperkirakan acara bakal heboh, sebab selain akan dibuka oleh orang nomor dua sekaligus pimpinan partai terbesar di negeri ini, 2 tokoh yang akan dinobatkan juga sangat mewakili masing masing gelarnya. Tokoh berakhlak paling bejat kebetulan seorang pejabat, seorang menteri yang paling dimusuhi rakyat saat ini. Menteri yang kaya raya ini telah menyakiti orang kecil denga kasus limbah perusahaan raksasanya yang telah membunuh banyak penduduk sekitar karena keracunan.

Dan tak merasa bersalah samasekali, sang menteri tak pernah bertanggungjawab terhadap masyarakata yang tertimpa petaka. Gugatan masyarakat membeku di meja hijau. Dan ketika ada resuffle kabinet, sang Menteri yang bolak balik di demo dan diharapkan diturunkan, ternyata masih bertengger gagah sebagai Menteri Urusan Perekonomian Rakyat dan Kepedulian Sosial (Menurperkepsos) Sungguh ironis dan melukai hati rakyat.

Sedangkan tokoh anti munafik, adalah Kemal Mustafa seorang wartawan senior yang memiliki konglomerasi media besar di negeri ini. Salah satu majalahnya menjadi majalah yang ditunggu-tunggu pembaca karena informasinya yang lengkap, dengan ulasan yang obyektif, berimbang, dalam dan tajam. Majalah ini selalu berhasil menyajikan topik yang paling hot, yang sebelumnya selalu tersembunyi,sulit dibongkar. Atau menurut Bento, Kemal Mustafa selalu berhasil membongkar kemunafikan. Kemal tak perlu menjadi politikus dengan segala basa basinya, meski juga kaya tetapi kemal tak pernah kelihatan memakai dasi. Karena dia tak suka tampil formal dan necis, maka dia tak mau berpura-pura tampil formal dan necis.

Acara jumpa pers terganggu sejenak dengan datangnya pesan singkat di telepon genggam GemBos. ”RI 2 mendadak ada acara penting, disposisi ke menurperkepsos”. Gawat, pikir GemBos. Info ini harus segera diberitahukan ke panitia inti, untuk segera mengubah skenario. ”Apakah sudah pasti RI 2 akan meresmikan acara ini?”, seru seorang wartawan. GemBos kaget, tapi cuma sebentar. ”Konfirmasi yang kami terima sudah pasti, kecuali kalau dia hanya basa basi,” jawabnya singkat sambil menutup pertemuan.

Panitia pun kalang kabut. Bukan sekadar karena RI 2 tak jadi meresmikan acara, tetapi lebih karena pejabat yang ditunjuk untuk menggantikan adalah Menurperkepsos. Pro kontra muncul, bahkan sempat semangat merosot ke jurang paling dasar. ”Bagaimana mungkin acara ini diresmikan oleh Menteri yang justru akan dinobatkan sebagai tokoh berakhlak paling bejat? Mana mungkin acara dari organisasi anti kemunafikan diresmikan oleh pejabat dari departemen yang dari namanya saja sudah penuh basa basi dan keunafikan? Urusan perekonomian Rakyat, apa yang diurus? Menghancurlan perekonomian rakyat, iya. Kepedulian sosial? Kepedulian uang, iya,” Lina nerocos penuh emosi.

”Tapi bagaimana, waktunya sudah mepet banget, gak mungkin kita membatalkan dan mengajukan ke yang lain”, Handi, sang Ketua Panitia yang penganut Islam liberal –menurut pengakuannya- tak peduli siapapun yang meresmikan, yang penting tidak batal. ”Dalam dunia politik kan segala sesuatu bisa saja terjadi,” ujar Tedi, si aktivis ”lunak”. ”Semua ada hikmaknya. Kita ambil positifnya saja. Ini kesempatan kita untuk meng-antimunafik-kan dia,” celetuk Sang Profesor yang sufi.

Acara tetap harus digelar, dengan atau tanpa orang penting itu. Dengan atau tanpa tamu dari seantero negeri yang akhirnya banyak yang membatalkan kedatangannya karena tidak dihadiri Pak Wapres. Toh acara tetap semarak. Acara yang baru pertamakalinya terselenggara, mengundang penasaran masyarakat maupun pejabat dan politisi, dan tentu saja yang sangat bergairah ingin tahu adalah media.

Saya di sini bukan mewakili Wapres, tetapi mewakili diri saya sendiri atas seijin Wapres,” Menurperkepsos membuka pidatonya yang mencengangkan. ”Acara ini merupakan kesempatan yang baik bagi saya untuk menyampaikan sesuatu hal penting kepada masyarakat, berkaitan dengan masalah kemunafikan. ”

Selanjutnya, kalimat demi kalimat yang meluncur dengan dingin dari mulut Menurperkepsos seolah menghentikan denyut seisi ruangan. Semua yang hadir pada acara itu memusatkan perhatian penuh kepada Sang Tokoh.

Oleh karena itu, saya meminta secara khusus kepada Wapres agar beliau tidak hadir pada acara ini, untuk memberikan kesempatan kepada saya menyampaikan sebuah pengakuan. Semula saya akan dinobatkan sebagai tokoh berakhlak paling bejat, karena saya dinilai selama ini telah menjadi pejabat yang menyakiti rakyat, memperkaya diri sendiri, tidak bermoral, dan sebagainya. Tetapi saya ingatkan kepada organisasi ini. Kalau kalian mau kredibel dan dipercaya, sebaiknya kalian hati-hati menilai orang.

Menobatkan seseorang harus berdasarkan kriteria yang kuat. Dan apakah seseorang memenuhi kriteria tersebut haruslah berdasarkan data dan fakta yang akurat. Maaf, saya tidak bermaksud menggurui, tetapi apakah MMAK telah melakukan investigasi secara mendalam, dengan jujur dan tidak munafik? Apakah telah benar-benar melepaskan kemunafikan dalam menilai sesuatu? Saat ini saya tidak ingin memperdebatkan masalah itu...Saya hanya ingin, di hadapan Anda semua, melepaskan kemunafikan yang selama ini menyelimuti segala langkah saya, yang telah menjadi baju saya, sehingga setiap orang yang melihat saya, baju itulah yang telah dilihat. Padahal apa yang ada di dalamnya, yang terbungkus dalam baju itu, sama sekali berbeda. Maka, saya mengakui saya telah menjadi munafik.

Sejak MMAK berdiri, saya memberi perhatian secara khusus, karena saya yakin suatu saat organisasi ini akan membongkar kemunafikan dalam diri saya. Dan kesempatan itu datang juga, setelah saya bosan dan muak dengan segala kemunafikan yang saya sandang, yang telah membelenggu segala sendi kehidupan saya dan keluarga saya.

Saya memang munafik, betul-betul munafik. Saya telah bertindak pura-pura dan tidak jujur. Penilaian masyarakat terhadap saya, bukanlah saya yang sebenarnya. Sejatinya saya –dalam penilaian publik, dan juga organisasi Anda yang mengaku anti munafik itu- bukanlah seorang penjahat, musuh rakyat, tetapi saya harus berpura-pura demikian dan menerim label tersebut menempel sebagai identitas saya. Saya dipopulerkan media menjadi pejabat yang menyakiti rakyat dan saya pun bertindak seolah-olah saya manusia bobrok yang telah menyakiti rakyat. Tetapi, saya sudah muak dan capai untuk menjalani perilaku dan tindakan penuh kepura-puraan ini.

Inilah saatnya, apapun risikonya, di depan Anda semua yang menjunjung tinggi kejujuran dan anti kemunafikan, saya membeberkan sebuah pengakuan. Bahwa saya sebenarnya tidak memiliki perusahaan yang telah menelan sekian nyawa karena limbahnya yang mengerikan, nama saya hanya dipakai untuk dijadikan tameng dari kebusukan yang sebenarnya. Semua itu dilakukan dibawah ancaman akan kehancuran keluarga saya. Hadirnya perusahaan-perusahaan asing yang mencaplok BUMN-BUMN kita, seolah-olah sayalah yang menghadirkannya, padahal saya hanyalah tameng untuk menutupi siapa dalangnya.

Itulah sebabnya, kalau saudara-saudara sekalian mau tahu, kenapa saya tetap menjadi menteri meskipun rakyat berteriak untuk menggusur saya. Karena jabatan inilah imbalan saya –dengan segala kelimpahan materi tentu saja. Siapakah dalang dari semua ini? Siapakah pemilik sesungguhnya perusahaan saya yang telah menghabiskan ribuan nyawa, lahan dan harta benda serta menghanguskan masa depan rakyat kecil? Siapakah tangan-tangan yang menjual bangsa ini ke tangan-tangan asing? Siapakah yang menskenario pecahnya peperangan antar agama?

Saya persilakan Anda untuk bekerja lebih baik dalam menyelidiki siapa orang tersebut. Yang jelas orang tersebut sangat-sangat penting dan berkuasa. Apabila Anda memerlukan bantuan untuk penyeilidikan ini, Kemal Mustafa, tokoh yang Anda nobatkan sebagai tokoh Anti Munafik,merupakan tokoh yang sangat mengetahui segala seluk beluk mengenai semua ini. Dialah salah satu tokoh penting yang sering menyelinap ke istana untuk menyusun skenario-skenario yang menyengsarakan rakyat, dengan imbalan yang sungguh di luar bayangan saudara-saudara sekalian. Dialah sebenarnya yang paling pantas untuk Anda nobatkan sebagai salah satu tokoh berakhlak bejat dan munafik....

Jangan pernah memproklamirkan organisasi Anda sebagai organisasi anti munafik, kalau tidak berhasil mengungkap dan menobatkan seorang tokoh paling munafik di negeri ini...

Saudara-saudara sekalian... dengan pengakuan ini, berarti saya telah menanggalkan kemunafikan saya, segala atribut yang saya sandang dan kenikmatan yang saya dapatkan. Detik ini juga saya menyatakan mundur dari jabatan saya sebagai menteri...”

Belum selesai pidato yang menjungkirbalikkan rencana itu, beberapa polisi dengan kasar dan tidak sopan menerobos menuju podium, langsung menangkap dan menyeret sang pengaku dosa. Ruangan senyap dan mencekam, sebelum akhirnya pecah oleh serbuan wartawan yang mengerubuti sang Gembos... (NI/awal 2009)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar