Senin, 08 Juni 2009

Film Lama Peraih Oscar: No Country for Old Man


Dingin dan Kontemplatif

Penjahat dan sheriff. Tokoh-tokoh yang sering tampil di berbagai film yang berlokasi di pinggiran kota. No Country for Old Man tampil beda karena unik dan dalam. Menyelipkan pesan kepahitan yang kontemplatif.

Seperti biasanya sebuah film peraih penghargaan tertinggi, memang tak selalu mengundang penonton terbanyak, karena tidak selalu menyajikan tawa dan hiburan segar, malah terkadang memberikan beban renungan atau kontemplasi kepada penontonnya. Dan salah satunya adalah No Country for Old Man. Sebuah film penyabet piala Oscar dengan bintang empat, serius dalam pesan maupun penyampaian.

Menampilkan seorang pembunuh berdarah dingin (bahkan ketika membunuh orangtua dan wanita) Anton Chigurh (Javier Bardem). Chigurh yang keras, melakukan kejahatan tanpa merasa bersalah, dikirim bosnya untuk membereskan seorang koboi tua Llewelyn Moss (Josh Brolin) yang mencuri harta dari transaksi narkoba yang gagal (dan menelan banyak nyawa akibat baku tembak). Karena terlalu khawatir, dikirimkan juga gerombolan-gerombolan Mexican untuk mencari uang itu. Maka terjadilah pusaran kekacauan pembunuhan yang tidak terkendali. Korbannya tidak saja para penjahat, tetapi juga orang-orang tak berdosa tak tahu apa-apa. Di hamparan tanah tandus luas pinggiran Texas itu, berkeliaran pembunuh yang berkeliaran yang sulit dideteksi karena tidak meninggalkan jejak saksi.

Di sisi lain, ada seorang berkarakter berbeda yang mengimbangi si pembunuh yang keras dan berpegang ketat pada moralnya sendiri, yaitu Ed Tom Bell (Tommy Lee Jones), seorang sheriff tua yang bertugas di wilayah itu. Karakter Bell sangat berbeda tapi juga sama menariknya. Ia tampak sabar, malah cenderung apatis.. Overmatched, begitu alasan dia kenapa ia merasa begitu. Bell mengerti betapa besar bahaya mengancam, masalah besar yang menyangkut keselamatan penduduk wilayahnya. Tapi ia merasa tak punya daya apa-apa. Ia seorang tua yang tak mendapat tempat di negerinya. Pedih dan pahit.


Setiap pesan dalam film ini tersampaikan dengan baik. Adegan, ekspresi, kata-kata, karakter tervisualkan dengan detil yang nyaris sempurna. Alur cerita mengalir, sangat bisa dinikmati. Dingin, mencekam, unik sekaligus artistik. Menitipkan sebuah kontemplasi di kepala, tentang hidup, kepahitan yang tak bisa kita tolak, dan pilihan sikap.

Sebuah karya jempolan lagi dari Ethan dan Joel Coen. Tak menjanjikan hiburan dan pesan tentang kesenangan-kesenangan hidup, justru berbicara realita yang mungkin terjadi di sekitar kita. No Country for Old Man memang layak mengantongi Oscar, walau barangkali tak akan menghadiahkan best seller. (NI/Cikeas I-09))




Tidak ada komentar:

Posting Komentar