Senin, 02 Mei 2011

KAREN AGUSTIAWAN, Perempuan Pertama yang Memimpin Pertamina

Dua tahun lalu, PT Pertamina (Persero) –sekaligus kaum perempuan Indonesia- mencatat sejarah penting. Galaila Karen Agustiawan, di luar dugaan banyak kalangan, diangkat sebagai Direktur Utama PT Pertamina. Ia menjadi perempuan pertama yang memimpin BUMN bidang minyak dan gas bumi tersebut. Sembari bertanya-tanya, siapakah sosok wanita yang mengejutkan tersebut, berbagai kalangan juga menunggu Sang Srikandi menunjukkan kemampuannya mengomandani BUMN yang juga memiliki nilai ‘politis’ strategis itu.

Memang,sebelumnya tak banyak yang tahu, Karen sebenarnya sudah lama berkecimpung di dunia migas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Menamatkan sarjana S-1 di Fakultas Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung, puteri dari Prof. Dr. Soemiatno
dan R. Asiah Hamimzar
ini langsung memulai karir sebagai sistem analis dan programer di Mobil Oil Indonesia (MOI) pada 1984.

Tiga tahun kemudian, Karen menduduki posisi sebagai seismic processor dan quality controller MOI. Karirnya terus melejit hingga ditarik ke kantor pusat Mobil Oil di Dallas, Amerika Serikat (1989-1992).

Kemudian Karen kembali ke tanah air dan menduduki posisi Project Leader Exploration Computing Department MOI hingga 1999. Pada 2000, perempuan kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 ini bergabung di Landmark Indonesia sebagai Business Development Manager.

Tak puas dengan jabatan manajer pengembangan bisnis Landmark Indonesia, Karen pindah ke Halliburton Indonesia, sebagai Commercial Manager for Consulting and Project Management.

Karirnya di Pertamina dimulai ketika ia menjadi Staf Ahli Direktur Utama Bidang Hulu, kemudian menjabat sebagai Direktur Hulu Pertamina (2008-2009). Dan pada tahun 2009, Ia dipercaya sebagai orang nomor satu di Pertamina.

Bukan Tanpa Resistensi

Eksistensi Karen sebagai perempuan pertama dan “orang luar” Pertamina’ jelas bukannya tanpa resistensi. Sebagai individu berwatak disiplin, buah dari perpaduan didikan keluarga dan pengalaman berkarir di perusahaan multinasional, Karen membawa atmosfer baru di Pertamina. Semasa menjabat sebagai orang nomor satu di Direktorat Hulu, ia tak segan keluar masuk ruang operasional, sesuatu yang sebelumnya sangat jarang dilakukan. “Saya ingin mengetahui fakta di lapangan langsung dari ujung tombak,” tegas perempuan yang selalu tampil energik dan pernah mendapat penghargaan khusus dari Country Manager Halliburton Indonesia atas kontribusi luar biasa yang diberikannya kepada Halliburton.

Selain terkenal disiplin, Karen juga terkenal sebagai individu yang tidak mau berkompromi dengan perilaku korupsi.

Pada masa itu juga, Karen sudah mulai memberi tempat pada generasi muda Pertamina yang ia anggap brilian dan mampu.

Atmosfer baru yang dibangunnya membuahkan hasil. Kalangan perminyakan internasional menilai Pertamina sudah berubah. Perusahaan-perusahaan minyak asing besar seperti Petrobraz, menyatakan menjadi mitra.

Dan di saat menduduki posisi puncak, di saat tuntutan dan tantangan semakin besar, ia lewati dengan cemerlang.

Apakah Karen merasa telah menjadi seorang wanita yang memimpin dengan tangan besi dan bergaya maskulin? “Ah, tidak juga. Saya tetap Karen yang dulu,” ujar perempuan yang punya hobi bermain piano ini.

Dan lihatlah, Srikandi migas yang menjadi perempuan pertama yang mengomandani BUMN besar ini, tetaplah seorang Ibu yang ingin selalu dekat dengan anak-anaknya. Ia memutuskan untuk tidak tinggal di rumah dinas, karena menurutnya rumah dinas identik dengan kantor kedua. “Saya tidak ingin anak-anak kehilangan atmosfer rumah yang hommy” ujar ibu dari Jemmy Moh Primaji, Dimas Moh Aulia, dan Dariel Moh Jastiawan ini tersenyum cantik. (NI/MHM 09-2011)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar