Senin, 02 Mei 2011

DR. Ing. Evita H Legowo, Dirjen Migas Kementerian ESDM RI


Tak Pernah Menyadari Terjun di Bidang yang “Maskulin’


Di bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia saat ini, nama DR. Ing. Evita Herawati Legowo sangat tidak asing. Dia, perempuan bersahaja yang sejak Mei lalu memegang dua jabatan penting, yaitu Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM RI dan Komisaris PT Pertamina (Persero).


Sejak awal berkarier, Evita sudah terjun ke bidang migas. Dan di bidang ‘maskulin’ ini Evita selalu mengukir prestasi. Dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga yang berkecimpung di dunia perkebunan, semula Evita ingin bekerja di bidang pertanian. Ia diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus di jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB). Evita yang mengaku saat itu ‘kuper’ memilih ITB karena saran teman-temannya.


Saat kuliah, Ia juga tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi ‘insan migas’. Baru ketika bertepatan dengan peristiwa Malari, Januari 1974, dimana Evita menjalani wawancara di Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), Evita mulai menapaki sejarah baru dalam hidupnya. Ia resmi menjadi ‘insan migas’ pada 1 Maret 1974, ketika menjadi staf laboratorium Kimia di Lemigas. Evita masuk ke ‘kawah candradimuka’ migas selama sekitar satu tahun, di Cepu 9 bulan tentang spesialis pengolahan (teori perminyakan, dll), kemudian di Palembang Sungai Gerong 3 bulan.


Hingga mencapai jabatan yang kini disandangnya, Evita yang di masa mudanya hobi main tenis meja ini, semua jenjang karier dan strata pegawai negeri dilewatinya. Tak heran kalau ia sangat memahami setiap persoalan di setiap jenjang. Di Lemigas Ia sempat menjadi Kepala Laboratorium, dan kemudian menjadi Kepala Bidang. Di saat kariernya sedang menanjak, Evita harus mengikuti suaminya yang meneruskan pendidikan ke Jerman. Tetapi, karena atasannya hanya mengijinkan ia cuti kalau meneruskan sekolah, maka Evita pun mencari beasiswa. Dan 9 bulan setelah keberangkatan suaminya ke Jerman, Evita menyusul untuk meneruskan sekolahnya di sana.


Lima tahun kemudian (1991), pulang dari Jerman, Evita mengantongi ilmu tentang migas hulu (Doktor di bidang Kimia Minyak Bumi, TU Clausthal Jerman) melengkapi bidang hilir yang dulu dipelajarinya. Kembali ke Lemigas, ia tetap di divisi hilir, tapi sudah banyak mendapat tiugas hulu.


Di Lemigas karier Evita terus menanjak. Sempat menjabat Kepala Jasa Teknologi dan Kepala Bidang, dan kemudian dipercaya untuk membentuk sebuah litbang baru Puslitbang Teknologi Energi dan Ketenagalistrikan.


Saat sedang bergairah menangani ’bayi litbang’nya, teman-temannya juga ikut bergabung, ia dipanggil lagi ke Lemigas, sebagai Kepala Pusat Teknologi Energi dan Kelistrikan (Februari 2001), kemudian terus naik menjadi Kepala Puslitbang Teknologi Minyakdan Gas Bumi Lengas, DESDM (2002-2006). Hingga dipercaya menjabat sebagai Direktur Lemigas, sampai Juli 2006 dimana ia diangkat sebagai staf ahli Menteri ESDM.


Semua ilmu dan pengalamannya itu menjadi bekal kuat ketika dia diangkat sebagai Dirjen Migas ESDM (Mei 2008). Berbagai persoalan di bidang energi –khususnya migas- yang akhir-akhir ini banyak menguras perhatian dan energi, dihadapinya dengan tenang.


Sejak awal, Evita tak pernah menyadari bahwa dirinya menekuni bidang migas yang diidentikkan dengan ’lelaki’ atau bersifat maskulin, bahkan saat ia menjadi perempuan pertama yang mengomandani Lemigas dengan 1000 karyawan dan hanya 112 perempuan.


Ia memang tak pernah membedakan jenis kelamin dalam bekerja. Baginya, tidak ada manusia yang sempurna, baik laki-laki maupun perempuan. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi. Oleh karena itu ia berprinsip: ”Jangan memilih kami karena kami perempuan, jangan singkirkan kami karena kami perempuan. Setidaknya perlakukan yang sama antara perempuan maupun lelaki. Jangan melihat jenis kelamin, tapi lihat persyaratan dan prestasinya,” ujar Evita yang di tengah kesibukannya tetap rajin memasak untuk suami dan keluarganya. (NI/MHM 09-2011)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar