Bisnis Sudah Menjadi Sebuah Hobi
Mohamad Nur Adib. Nama itu sangat akrab di telinga keluarga besar Hiswana Migas dan mitra. Adib –panggilan akrab Moh. Nur Adib- lama berkecimpung di bisnis migas dan aktif di Hiswana Migas, mulai sebagai anggota (1980-an), hingga pengurus, dan terakhir menjabat sebagai Ketua Umum DPP. Pada bulan Maret 2010 lalu (pada Munas VIII Hiswana Migas, di Palembang), Adib mengakhiri masa jabatannya sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hiswana Migas.
Kini, Adib lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus bisnis pribadi, yang dulu sempat tak tertangani.”Sekarang saya konsentrasi ke dalam, mengurus perusahaan sendiri, kita benahi manajemen, system, sampai ke SOP-nya,” ujar Adib ketika ditemui Media Hiswana Migas di salah satu kantornya, PT Gasindo Citra Perwira, di Gandaria City, Jakarta.
Pria kelahiran 19 Mei 1947 ini tak hanya membenahi perusahaan- perusahaannya yang sudah berjalan dengan baik, tetapi juga menghidupkan lagi perusahaan yang sempat berhenti, antara lain perusahaan yang memproduksi mainan untuk diekspor ke Amerika. Selain itu juga membuka perusahan baru (PMA) yang memproduksi sandal Skechers. Untuk bisnis barunya ini, sudah disiapkan lahan seluas delapan setengah hektar, dan September 2011 akan mulai ekspor ke Amerika. Sebelum Skechers memutuskan masuk ke Indonesia, terlebih dulu Indonesia harus diadu dengan China, Korea dan Vietnam. Adib tampak bergairah menerjuni bisnis di pasar bebas ini. “Kita jadi terbiasa berkompetisi,” ujar Adib yang terlihat tetap bugar di usianya yang tak lagi muda.
Sejak masuk ke private sector (tahun 1980-an), Adib sudah mendirikan sekitar 27 perusahaan, dan hingga kini masih sekitar 15 perusahaan yang bertahan. Untuk bidang migas antara lain lebih dari 7 SPBE, ada juga SPBU, angkutan LPG dan masih banyak lagi. Memang, Adib, yang memulai bisnis dengan produk tiang beton dan tiang pancang di Lampung (hingga kini masih berjalan), tidak hanya membatasi pada bidang minyak dan gas bumi (migas), ia juga mengembangkan bisnis non migas seperti makanan, fashion, dan mainan. “Kalau bidang migas padat modal, sedang non migas padat karya,” ujarnya.
Mengenai gonjang ganjing bisnis migas akhir-akhir ini, Adib yang sudah lama ‘bergaul’ dengan PT Pertamina (Persero), menyikapinya sebagai sebuah dinamika. Menurutnya, risiko berbisnis dengan Pertamina, kadang di atas, kadang di bawah. Adib punya saran untuk urusan bisnis migas ini, yaitu jangan meminjam modal ke bank terlalu besar. Untuk SPBE jangan meminjam lebih dari Rp 8 milyar, untuk SPBU jangan lebih dari Rp. 3,5 milyar “Kalau di atas itu,berat bayarnya,”jelasnya.
Selain itu, biaya rumah tangga sebaiknya tidak mengambil dari SPBE dan SPBU. Keuntungan dari SPBE dan SPBU sebaiknya digunakan untuk pengembangan. “Kalau hasil dari bisnis migas dikutak-katik, tidak akan berkembang,” lanjutnya.
Di luar urusan bisnisnya yang sebagian berpartner dengan mitra, Adib punya kegiatan ‘selingan’ berbisnis properti. Dari bisnis sampingan bidang properti ini saja, Adib bisa menyekolahkan ketiga puteranya ke Amerika. Salah satu puteranya, kini sudah mulai dipersiapkan untuk menjadi penerusnya.
Meskipun tak ada darah bisnis mengalir dari orangtuanya (Bapaknya seorang tentara dan Ibunya seorang guru), tapi Adib jeli sekali melihat peluang bisnis, ‘sense of business’nya sangat kuat. Bagi Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Sipil yang pernah menjadi kontraktor di bidang telekomunikasi di Arab Saudi ini, bisnis memang cita-citanya sejak awal, dan kini sudah menjadi semacam hobi. Tak heran, pada usianya yang kepala enam, ia tetap semangat dan antusias menjalankan bisnisnya.
Adib juga tak malas untuk terus belajar. Ketika ingin menerjuni bisnis bidang tertentu, Adib tak segan-segan belajar hingga ke masalah teknis secara detil. Misalnya ketika menggarap ekspor ketimun untuk asinan ke Jepang, ia paham cara menanam ketimun, pertumbuhannya hingga panen, pengolahan dan penyimpanannya. Ia juga belajar tentang ketimun ini ke Thailand.
Peluang Usaha Sangat Besar
Ia berpesan kepada anak-anak muda, agar gigih meraih peluang. Peluang usaha besar sekali di Indonesia. Banyak sekali tanaman, buah buahan dan sayur, ternak, dan lain-lain yang bisa dijadikan lahan bisnis. “Kalau ke Singapura, atau ke Amerika kan hanya dapat gaji, di Indonesia melimpah sumber kekayaan, asal ada kemauan dan kerja keras,” pesannya.
Dan anak pertama dari 10 bersaudara ini sudah membuktikannya. Kini 15 perusahaannya berjalan dengan baik. Kuncinya, selain kemauan dan kerja keras, jangan pernah mencederai partner dan bank. “Kita harus menjaga kepercayaan,”ujar Adib.
Kini, Adib yang rajin berolahraga lari di senayan, dan masih suka menyapu sendiri rumahnya ini, juga masih sempat aktif di beberapa organisasi antara lain Asosiasi Produsen Tiang Beton Praktekan Indonesia dan Asosiasi Pengusaha Elpiji Indonesia. Sebagai Wakil Ketua/anggota Dewan Penasihat DPP Hiswana Migas, Adib juga masih sering terlihat bersilaturahmi dengan pengurus dan anggota Hiswana Migas. Karena jam terbangnya yang panjang baik di organisasi maupun bisnis migas, banyak para pengusaha muda yang sedang bermasalah atau yang akan memulai usaha, berkonsultasi dengannya. Misalnya, bagaimana mempersiapkan bisnis SPBE, dan lain-lain.
Saat ini, pria yang mengagumi para pengusaha sukses yang memulai dari bawah –Liem Sio Liong, Ciputra, William Suryajaya,dll- ini seolah sudah menggenggam semua yang dia impikan. Anak-anaknya pun juga sudah mandiri. Apa yang masih menjadi obsesinya? “Saya ini tak pernah memiliki obsesi tertentu. Saya hidup mengalir saja,” ujarnya lugas.
Maka tak perlu heran, yang membuat Adib –yang masih suka melakukan perjalanan ke luar kota dan luar negeri ini- stress adalah sesuatu yang sederhana. “Saya stress kalau sedang tak ada aktivitas,” ujarnya sambil bersiap-siap melakukan aktivitas lain, dengan mitra yang lain pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar