Tanggal Kelahiran dan Sebuah Sarung
Jiwa nasionalismenya sudah tampak saat Dahlan Iskan kecil memilih (karena orangtuanya lupa dan tidak memiliki catatan) tanggal 17 Agustus sebagai tanggal kelahirannya. Kreativitas, kecerdasan, kerja keras dan ketahanan mentalnya sudah menonjol ketika dia menghadapi kerasnya hidup dengan hanya memiliki satu celana pendek, satu baju dan satu sarung!
Dan jiwa nasionalisme itu makin tampak nyata dan terekspresikan ketika CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network (JPNN) itu duduk di pemerintahan. Integritas dan kese-derhanaannya menjadi ‘sisi lain’ yang menjadikannya sosok pejabat langka di negeri ini.
Ketika menjabat Direktur PLN, ia menolak menerima fasilitas mobil dan rumah dinas. Sikapnya ini bukan sekadar gaya-gayaan. “Citra PLN itu sarang korupsi. Untuk meng-ubah citra itu, penting menunjukkan pada publik bahwa saya selaku Dirut tidak bermewah-mewah dan mau berkorban, “ kata Dahlan dalam diskusi”Transformasi BUMN Menuju Pentas Global” (22/11/2011). Tentu saja bukan sikap yang dibuat buat atau berpura pura, karena sebagai CEO Jawa Pos dan JPNN, dia telah memiliki kekayaan yang membuatnya bisa hidup nyaman dan mewah, mobil dan rumahnya pun lebih bagus dari mobil dan rumah dinas.
Kesederhanaannya juga tercermin dalam sikap dan tindakannya sehari-hari. Setiap hari Dahlan berangkat kerja jam 05.45 dengan berjalan kaki dari rumahnya -di dekat Pacific Place Semanggi, Jakarta- ke Kantor Pusat PLN di Jalan Trunojoyo. Berangkat sepagi itu bukan supaya dianggap sok rajin, tapi ingin menghindari asap knalpot. “Tidak ada gunanya be
Ia tak pernah memakai jas, dan selalu mengenakan sepatu kets bahkan ketika dilantik menjadi Menteri oleh Presiden, naik kereta kelas ekonomi tanpa pengawal, dan menikmati soto di stasiun Bogor bersama wartawan hingga harus naik ojek menuju Istana Bogor karena hampir terlambat mengiktui rapat kabinet.
Sikap membuminya sama sekali tak terlihat sebagai sebuah strategi pencitraan, karena otentik, apa adanya, tak dibuat buat. Yang tampak adalah sebuah sikap yang tak berubah, dari saat Dahlan muda harus bekerja keras sebagai anak keluarga tidak mampu, saat memulai karier di sebuah surat kabar kecil, membangun Jawa Pos sampai menjadi jaringan surat kabar terbesar, hingga menjadi Dirut PLN dan kini menjadi Meneg BUMN.
Prinsip hidup yang ikhlas dalam bekerja menjadi salah satu kunci terbesar kehebatannya. “Saya memilih berumur pendek tapi bermanfaat, daripada umur panjang tapi tidak bisa berbuat banyak. Jalan pikiran saya itu biasanya saya ungkapkan ke teman-teman dengan istilah intensifikasi umur,” ungkapnya. Setelah umurnya diperpanjang karena transplantasi hati, dia bertekad mempunyai hidup ke dua yang harus dibaktikan pada negeri dan masyarakat bangsa ini.
Integritas dipadu ide kreatif dan kerja keras
Integritas dan kesederhanaan Dahlan menjadi lebih bernilai karena dipadu dengan kehebatan ide kreatif, visi hidup, kerja keras dan keuletan. Dari kisah masa kecil Dahlan yang di-ceritakan dalam bukunya “Ganti Hati’, Dahlan kecil selalu tabah dan ceria menghadapi hari-hari hanya dengan ‘modal’ satu celana pendek dan satu baju, toh ia merasa beruntung masih memiliki satu sarung yang secara kreatif dia manfaatkan sebagai barang multi fungsi! Ini menunjukkan, lelaki kelahiran Magetan, Jawa Timur ini sosok yang kreatif, cerdas dan tangguh. Dan di kemudian hari, terbukti dia adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Saat ini harian Jawa Pos meraih prestasi luar biasa dengan mendapatkan penghargaan tertinggi Newspaper of the Year, World Young Reader Prize 2011. Pengumuman resminya dirilis Asosiasi Penerbit Dunia, WAN-IFRA, di Paris, Prancis, (19/8). WAN-IFRA (World Association of Newspapers and News Publishers) menyebutkan daftar pemenang dalam berbagai ka-tegori. Jawa Pos telah menyingkirkan harian besar di dunia lainnya seperti Yomiuri Shimbun (Jepang), Chicago Tribune, dan Wall Street Journal (Amerika Serikat).
Sejak awal 2009, Dahlan menjadi Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC)yang akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan tahun ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong. Dengan panjang serat optik 4.300 kilometer.
Gebrakan Dahlan di PLN di antaranya ‘Bebas Byar Pet’ se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan.
Tidak seperti pemimpin lain yang hanya senang di bawah meja, Dahlan juga sering turun langsung ke lapa-ngan. Ia bahkan berjalan di depan anak buahnya dengan naik gunung, menyeberang sungai atau melewati hutan saat harus meninjau daerah terpencil yang tidak punya listrik. Dahlan berjalan cepat, berpikir cepat, bertindak cepat dan selalu berpikir kreatif adalah kehebatannya saat menemui masalah di daerah terpencil itu. Bagi Dahlan bukan sekedar mengeluh tetapi harus turun ke lapangan.
Ia memiliki ide hebat dan keberanian dalam melaksanakan ide hebat. Ide kreatif dan segarnya membawa pembaharuan bagi PLN. Perjalanan dinas dikurangi, pemberian cinderamata dan piagam dihentikan, rapat-rapat diefisiensikan jika tidak terlalu urgen, tidak harus dihadiri direksi. Meski pun gaji tidak naik, namun bonus-bonus atas keberhasilan meningkatkan konerja diberikan sebagai hak karyawan yang berprestasi. Lalu pembangunan pembangkit listrik tenaga hidro dan surya digenjot untuk melayani sekitar 35% penduduk negeri ini yang belum mendapat aliran listrik.
Dahlan Iskan menjadi salah satu dari 25 penerima penghargaan “Inspiring Leader” Award dari harian Seputar Indonesia Koran Sindo. Keteladanan dan komitmen yang ditunjukkan oleh seorang Dahlan Iskan dalam memimpin PLN, BUMN di bidang kelistrikan hanya dalam kurun dua tahun terakhir yang dinilai membawa banyak perubahan yang positif. Dahlan berhasil dalam membangun dan memperbaiki pelayanan PLN dalam menyediakan pasokan listrik secara nasional.
Dahlan Iskan menjadi salah satu dari 25 penerima penghargaan “Inspiring Leader” Award dari harian Seputar Indonesia Koran Sindo. Keteladanan dan komitmen yang ditunjukkan oleh seorang Dahlan Iskan dalam memimpin PLN, BUMN di bidang kelistrikan hanya dalam kurun dua tahun terakhir yang dinilai membawa banyak perubahan yang positif. Dahlan berhasil dalam membangun dan memperbaiki pelayanan PLN dalam menyediakan pasokan listrik secara nasional.
Kini, menjadi ‘Jenderal’ di kementerian BUMN, gebrakan gebrakannya sudah mulai direalisasikan, bukan hanya sekadar sebuah wacana. Kepeduliannya terhadap nasib wong cilik juga diwujudkan dalam berbagai programnya yang ‘pro rakyat’ seperti pembentukan BUMN Pangan Raksasa, yang sekaligus juga untuk menyelamatkan negeri ini dari krisis pangan yang akan berdampak pada krisis krisis lainnya.
Menyelami Kultur
Ia juga mengalirkan energi positif dan membangun kultur kerja yang sehat, dengan memberikan teladan dari tindakannya. Kultur kerja di media yang sudah mendarah da-ging, tentu jauh berbeda dengan kultur di pemerintahan. “Selama dua tahun di PLN saya mempelajari kultur di pemerintahan,” ujarnya kepada PhilanthropyNamun toh, seperti dituturkan dalam catatan pribadinya, ia mengaku masih harus belajar banyak memahami kultur yang sedang berkembang di semua BUMN.” Itulah sebabnya sampai bulan kedua ini, saya masih terus-menerus mendatangi unit usaha dan berkeliling ke kantor-kantor BUMN. Saya berusaha tidak memanggil direksi BUMN ke kementerian, melainkan sayalah yang mendatangi mereka,” tulisnya.
Ia ingin belajar memahami kultur manajemen yang berkembang di masing-masing BUMN. Ia juga ingin menyelami keinginan, harapan, dan mimpi para pengelola BUMN. Maka, kalau seorang Dahlan terbang de-ngan Citilink atau naik KRL dan kereta ekonomi, itu sama sekali bukan untuk sok sederhana, melainkan bagian dari keinginannya untuk menyelami kultur yang lagi berkembang di semua unit usaha BUMN.(NI/Philanthropy 1/Januari 2012)