Senin, 02 Mei 2011

Perempuan Perempuan di Ladang Migas

Media Hiswana Migas 09 - April 2011
Migas Fokus : Perempuan-perempuan di Ladang Migas
Hiswana Migas Go Green
Migas Comm : Muscab HM DPC Bandung Sumedang




Para Perempuan yang ‘Berbasah-Basah’ di Ladang Migas


Perempuan, kira-kira 132 tahun lalu dan puluhan tahun kemudian, ketika Raden Ajeng Kartini dilahirkan dan kemudian tumbuh menjadi gadis remaja, digambarkan sebagai masa - masa perempuan ‘dalam kurungan’. Tidak dibolehkan keluar rumah, menjalankan aktivitas social, apalagi aktivitas dalam pendidikan dan karir. “Pemberontakan’ Kartini, melalui surat-suratnya, akhirnya dijadikan lambang perjuangan wanita Indonesia dalam meraih kebebasannya.


Lepas dari persoalan kungkungan di era Kartini masa lalu –dan ada yang masih menggugat kebebasan perempuan di masa kini-, sebenarnya tokoh-tokoh perempuan, yang tak kalah hebat dari kaum lelaki dan bahkan melegenda, selalu ada dari jaman ke jaman. Hanya sekadar menyebut contoh, sebelum Masehi ada Ratu Cleopatra yang penuh pesona. Sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara juga selalu menyelipkan kisah para perempuan yang hebat mengendalikan tahta,dan tentu saja hebat dalam menyebarkan pesonanya. Ada Ratu Tribuana Tunggadewi di masa kejayaan Majapahit, dari Mataram kuno ada Pramodhawardani, bahkan seorang perempuan yang menjadi permaisuri dua raja dan melahirkan raja-raja seperti Ken Dedes juga menjadi bagian dari sejarah penting dari kerajaan Hayam Wuruk.


Di abad modern, kerajaan Inggris mencatat Ratu-ratu yang sukses, dan Perdana Menterinya yang perempuan, Margaret Thatcher tak lagi diragukan kekuatannya. Dunia luar angkasa, juga sudah dijelajahi astronaut astronaut perempuan, demikian juga di berbagai bidang lainnya.


Kini, dalam banyak bidang, perempuan atau lelaki sudah bukan lagi menjadi suatu ‘perbedaan’ yang perlu dipersoalkan, karena kemampuanlah yang akhirnya akan menjadi variable penentu apakah perempuan –atau lelaki- layak menerjuni bidang tertentu. Bahkan, boleh dibilang, kelebihan alami perempuan (atau sebagian kalangan melihatnya sebagai ‘kelemahan’, seperti kelembutan, kehati-hatian, dan semacamnya, justru bisa menjadi sebuah kekuatan tersendiri dalam menangani sebuah masalah.


Dalam bidang migas, tentunya juga mencatat perempuan-perempuan yang terbukti ‘tahan’ dan berhasil menggeluti bidang yang diidentikkan dengan ‘lelaki’ ini. Beberapa yang saat ini sangat cemerlang antara lain Evita Herawati Legowo (Dirjen Migas, Kementerian ESDM RI), Karen Agustiawan (Direktur Utama PT Pertamina), dan Lilian Fandriana (President Asia Pasific Mature Asset Operations British Petroleum). Mereka berpenampilan sangat ‘perempuan’, lembut dan feminin, tapi mereka terbukti mampu menjinakkan bidang ‘maskulin’ dengan sangat baik.


Di Hiswana Migas (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi), sudah bukan hal asing lagi, anggota-anggota dan pengurusnya (yang notabene berbisnis di bidang migas), adalah perempuan. Tengok saja kiprah dan aktivitas mereka. Apabila kita mencoba mengesampingkan sosok fisik yang -tak bisa dielakkan- mengundang perhatian, kemampuan para perempuan ini terlihat tak banyak berbeda dengan kaum adam yang berkiprah di bidang migas.


Tanpa bermaksud memperdebatkan ‘perbedaan’ atau mengungkit masalah gender, dalam bulan “Kartini” ini, Media Hiswana Migas menampilkan sosok beberapa wanita yang berkecimpung dan mengakrabi dunia migas ini. Semoga menambah wawasan dan inspirasi (NI/MHM 09-2011)